Kalo kita menyebut lima marketplace online yang paling populer di Asia Tenggara, tentu saja BukaLapak bakal masuk dalam daftar tersebut.
Didirikan pada tahun 2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid, platform jual-beli online ini didirikan untuk membantu UMKM dan pelaku bisnis retail agar mampu menjual barang dagangan lewat platform digital tanpa modal banyak.
Berawal dari modal sebesar Rp80 ribu dan dikembangkan di sebuah indekos kecil di pojokan kota Bandung, kini BukaLapak menjelma jadi salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia. Dan di bawah kepemimpinan CEO Bukalapak Achmad Zaky, platform ini sukses menggaet lebih dari 5 juta pelaku UMKM dengan lebih dari dua juta transaksi per hari.
Memang, banyak pihak menyayangkan langkah Achmad Zaky yang hanya menitikberatkan Indonesia sebagai pangsa pasarnya. Sekalipun jelas terlihat, upaya ini dilakukan demi menanamkan akar yang kuat ke persepsi masyarakat, sebelum mulai beranjak di pasar global.
Suksesi CEO Bukalapak, dari Achmad Zaky Beralih ke Kaimuddin
Ya, ada banyak hal yang berubah sejak tahun 2010. Dan pada hari Senin bulan Desember lalu, BukaLapak mengumumkan perubahan komposisi perusahaan di level C-suite yang akan efektif dijalankan per tanggal 6 Januari 2020. Salah satunya perubahan yang paling disoroti adalah pergantian ujung tombak perusahaan, posisi Achmad Zaky sebagai CEO dan pendiri diganti oleh Muhammad Rachmat Kaimuddin.
Mantan Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin 2018 ini diperkirakan bakal membawa BukaLapak menuju Era Baru. Apalagi, seiring dengan pertumbuhan ekonomi digital Asia Tenggara yang mencapai nilai USD100 juta pada tahun 2019, penunjukkan Kaimuddin sebagai ujung tombak bisa jadi langkah yang tepat.
Beberapa hari lalu, Mashable Southeast Asia berkesempatan mewawancarai Kaimuddin. Dalam wawancara tersebut, dirinya menjelaskan bagaimana rencana serta apa yang bisa masyarakat harapkan dari platform ini selama beberapa tahun ke depan.
Merangkum dari wawancara tersebut, tim Droila bakal memaparkan dan menguraikan apa aja langkah-langkah strategis dari BukaLapak serta bagaimana implementasi teknis yang bakal dijalankannya.
CEO Baru, Strategi Baru, Menyongsong Era Baru BukaLapak Bersama Kaimuddin
Dalam sesi wawancara dengan jurnalis Mashable, Kaimuddin menjelaskan jika dirinya merasa terhormat karena bisa menempati posisi sebagai CEO BukaLapak.
“Melihat betapa pentingnya posisi ini, prosesnya pun tidaklah mudah. Saya harus bertemu banyak orang dalam organisasi; mulai dari para pendiri, Level-C, hingga pemegang saham. Saya pun merasa terhormat dan bahagia karena dipercaya oleh pendiri BukaLapak untuk meneruskan peran penting Zaky (Achmad Zaky, -red) dan menjadi bagian dari babak baru perkembangannya,” terang Kaimuddin.
Menurutnya, BukaLapak sudah memiliki perkembangan mendasar yang bagus selama 10 tahun terakhir. Startup e-commerce ini sukses meningkatkan nilai monetasi, bahkan nilainya melebihi perkiraan.
“Kini, tugas utama saya adalah memastikan agar tercapainya keberlanjutan dari perusahaan ini. Saya percaya, kita bisa mempercepat pertumbuhannya dengan memfokuskan segmen pasar yang lebih terfokus, contohnya seperti perusahaan berskala menengah atau penjual ibu-ibu dan anak muda, serta pembeli borongan,” terang lulusan Science and Engineering di Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat ini.
Demi mewujudkan hal tersebut, lanjut Kaimuddin, pihaknya bakal berupaya maksimal untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik, serta mencari investor untuk mendukungnya.
“Itulah fokus utama saya di masa-masa awal ini,” jelasnya.
Tantangan dan Strategi BukaLapak ke Depan
Pria yang pernah mengenyam pendidikan di SMA Taruna Nusantara periode 1994-1997 bersama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ini menguraikan dinamika skena startup di Indonesia. Lebih spesifik yakni industri e-commerce yang dianggapnya sebagai salah satu industri dengan kompetisi ketat dan diisi para pemain berpengalaman.
“BukaLapak sendiri adalah salah satu pemain besar dengan kapasitas pasar yang mampu turut membentuk lanskap. Meskipun begitu, e-commerce baru menyentuh 5% dari pasar retail di Indonesia. Padahal, untuk menarik sisa 95% dari potensi pasar tentunya bakal membutuhkan pendekatan yang berbeda,” urai Kaimuddin.
Oleh karena itu, menyitir istilah yang dikenalkan oleh Chan Kim dan Renee Mauborgne, jika BukaLapak ingin menjaring potensi pasar Blue Ocean, sangat penting bagi platform untuk lebih memfokuskan diri pada platform yang kurang dikembangkan, contohnya adalah kios ibu-ibu dan anak muda.
“Ada lebih dari 2,8 juta kios yang dikelola oleh ibu rumah tangga, generasi populer, dan agen yang kini sudah bekerja sama dengan BukaLapak. Menurut kami, segmen pasar yang besar ini bisa dilayani dengan mencoba masuk dan memahami bagaimana lingkungan mereka, transaksi apa serta bagaimana yang paling membuat mereka nyaman,” terangnya.
Konsekuensinya, lanjut pria yang mengawali karir sebagai teknisi desain perangkat keras di Teradyne, Inc pada tahun 2001 ini, BukaLapak bakal mencoba menciptakan teknologi untuk masyarakat ekonomi inklusif. Tentu saja ini adalah hal yang menantang, namun juga menarik.
Langkah Strategis Untuk Meningkatkan Efisiensi BukaLapak
Di ujung wawancara, Kaimuddin menyampaikan bahwa dirinya sudah merangkum beberapa strategi yang akan secepatnya dieksekusi. Salah satunya adalah strategi yang mampu menyeimbangkan antara pertumbuhan, profit, serta inovasi.
“Pengalaman panjang di bidang keuangan dengan berbagai posisi mengajari Saya, pada akhirnya nanti, logikalah yang bakal lebih unggul. Jadi, kami di BukaLapak nggak akan mengadaptasi strategi pengumpulan dana yang agresif dengan pendanaan yang terkadang di luar nalar. Kami, tentu saja, bakal berinvestasi untuk pertumbuhan, akan tetapi kami bakal berusaha untuk mempertanggungjawabkan modal yang sudah ditanamkan para shareholder,” pungkas Kaimuddin.
Menurutnya, fokus perusahaan saat ini adalah untuk menghasilkan layanan dan produk yang inovatis, serta bagaimana agar layanan dan produk tersebut bisa disampaikan pada pasar yang tepat, yang benar-benar membutuhkan, dengan langkah-langkah yang efisien.